liburanyuk.org Liburan Hari Nasional di China kembali menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai negara. Dalam momen libur panjang yang berlangsung lebih dari sepekan, ribuan pelancong mancanegara tampak memenuhi berbagai kota besar dan kawasan wisata populer di Negeri Tirai Bambu.
Pemerintah China menyebut periode libur nasional kali ini sebagai salah satu yang paling sibuk dalam beberapa tahun terakhir. Seiring pelonggaran kebijakan perjalanan dan pemberlakuan bebas visa bagi sejumlah negara, arus wisatawan melonjak drastis.
Wisatawan Asing Padati Perbatasan
Salah satu yang paling antusias adalah Nikolayev, warga negara Rusia berusia lanjut yang datang melalui pos lintas Manzhouli, daerah perbatasan di Mongolia Dalam. Ia tampak tersenyum sambil melambaikan paspornya yang baru distempel.
“Ini hadiah ulang tahun untuk diri saya sendiri,” ujarnya dengan gembira. Ia mengaku sudah lama ingin mengunjungi China karena terpesona dengan sejarah dan budayanya sejak kecil.
Setelah mendengar adanya kebijakan bebas visa bagi warga Rusia, Nikolayev langsung memutuskan berangkat. Ia menyebut kunjungan ke China adalah momen yang sudah lama ia tunggu. “Saya ingin merasakan langsung keramahan masyarakatnya dan melihat keindahan negaranya,” katanya.
Cerita Nikolayev bukan satu-satunya. Banyak warga Rusia lainnya juga memanfaatkan kebijakan bebas visa ini. Dalam beberapa hari terakhir, antrean panjang terlihat di sejumlah pos perbatasan, terutama di kawasan utara yang berbatasan langsung dengan Rusia.
Kebijakan Bebas Visa Dongkrak Pariwisata
Pemerintah China tahun ini memberlakukan kebijakan bebas visa sementara untuk beberapa negara, termasuk Rusia, Prancis, Jerman, Italia, dan Malaysia. Langkah ini terbukti ampuh meningkatkan arus wisatawan.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China melaporkan bahwa jumlah kunjungan asing meningkat tajam dibandingkan tahun lalu. Kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen menjadi tujuan favorit, diikuti oleh kota sejarah seperti Xi’an dan Chengdu.
Kebijakan ini juga menjadi bagian dari strategi diplomasi pariwisata China untuk memperkuat hubungan internasional. Pemerintah setempat menilai pariwisata dapat menjadi jembatan persahabatan antara masyarakat berbagai negara.
Antusiasme di Kota-Kota Besar
Di Beijing, wisatawan tampak memadati Lapangan Tiananmen dan kompleks Kota Terlarang. Sementara di Shanghai, kawasan Bund dan Menara Oriental Pearl menjadi spot paling ramai untuk menikmati panorama kota pada malam hari.
Bagi wisatawan asing, liburan nasional di China bukan sekadar waktu untuk jalan-jalan, tetapi juga kesempatan untuk menyaksikan langsung budaya dan tradisi lokal.
Banyak dari mereka tertarik dengan pertunjukan rakyat, parade budaya, dan pameran kuliner yang diselenggarakan di berbagai daerah. Seorang wisatawan asal Prancis, Marie Dupont, mengatakan dirinya kagum dengan keindahan arsitektur dan keteraturan kota. “China berkembang sangat cepat, tapi tradisinya masih dijaga. Ini kombinasi yang luar biasa,” ujarnya.
Dampak Ekonomi Signifikan
Lonjakan wisatawan selama libur nasional juga memberi dampak positif terhadap ekonomi lokal. Hotel, restoran, dan transportasi umum mencatat peningkatan permintaan yang tinggi.
Data sementara menunjukkan pendapatan dari sektor pariwisata domestik dan mancanegara naik signifikan. Bahkan, beberapa destinasi wisata populer mencatat peningkatan penjualan tiket hingga dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, industri ritel juga ikut terdongkrak. Banyak wisatawan asing memanfaatkan kunjungan mereka untuk berbelanja produk lokal, mulai dari teh khas, sutra, hingga perhiasan tradisional.
Pengalaman Wisata yang Ramah Teknologi
Selain promosi budaya, daya tarik lain dari pariwisata China adalah pengalaman digital yang canggih. Hampir semua transaksi, mulai dari tiket transportasi hingga pembayaran makanan, kini dilakukan melalui aplikasi digital seperti WeChat Pay dan Alipay.
Wisatawan asing kini juga dapat menggunakan versi internasional dari aplikasi tersebut, berkat kebijakan baru pemerintah yang memudahkan akses sistem keuangan digital bagi pengunjung luar negeri.
“China benar-benar futuristik. Saya bisa membayar dengan ponsel di mana saja tanpa uang tunai,” kata James Tan, turis asal Singapura yang berlibur bersama keluarganya.
Pemerintah Dorong Pariwisata Berkelanjutan
Meski angka kunjungan meningkat, pemerintah China menegaskan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kualitas destinasi wisata.
Kementerian Pariwisata mendorong pengelola tempat wisata untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah yang lebih ketat, membatasi jumlah pengunjung di beberapa area sensitif, serta meningkatkan edukasi tentang pariwisata berkelanjutan.
Langkah ini dilakukan agar peningkatan jumlah wisatawan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan budaya lokal.
Daya Tarik Baru di Kawasan Perbatasan
Kawasan perbatasan seperti Manzhouli dan Heihe kini menjadi daya tarik baru bagi wisatawan asing. Kota-kota ini tidak hanya berfungsi sebagai pintu masuk, tetapi juga menawarkan pemandangan indah serta suasana multikultural yang unik.
Di Manzhouli misalnya, arsitektur bergaya Rusia berpadu dengan sentuhan khas China. Kafe, galeri seni, dan toko oleh-oleh penuh pengunjung yang ingin menikmati suasana lintas budaya.
Pemerintah daerah bahkan menyiapkan rencana untuk mengembangkan koridor wisata lintas batas agar wisatawan dapat menjelajahi dua negara sekaligus dalam satu perjalanan.
Harapan di Masa Depan
Kebijakan bebas visa dan penguatan sektor pariwisata menunjukkan arah baru bagi diplomasi ekonomi China. Pemerintah berharap peningkatan kunjungan wisatawan dapat mempererat hubungan dengan negara-negara mitra.
Bagi wisatawan mancanegara, China kini menjadi salah satu destinasi paling menarik di Asia berkat perpaduan antara modernitas dan tradisi.
Dengan infrastruktur yang semakin maju, layanan publik yang efisien, serta promosi budaya yang konsisten, sektor pariwisata China tampaknya siap kembali menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dan sarana memperkenalkan citra positif di mata dunia.

Cek Juga Artikel Dari Platform mabar.online