liburanyuk – Perusahaan teknologi global Adobe Inc. kembali merilis laporan tahunan bertajuk “Adobe Digital Economy Index 2025: Holiday Edition”, yang menyoroti perubahan perilaku konsumen, tren belanja online, serta proyeksi biaya liburan jelang akhir tahun. Laporan ini disusun berdasarkan analisis miliaran transaksi daring dari berbagai situs e-commerce di dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Pasifik. Temuannya mengungkap bagaimana inflasi, kecerdasan buatan, dan preferensi konsumen baru membentuk wajah belanja liburan modern.
- Konsumen Lebih Cermat dan Selektif
Adobe mencatat bahwa konsumen kini lebih berhati-hati dalam berbelanja, terutama untuk kebutuhan non-esensial. Kenaikan harga barang dan jasa akibat inflasi global membuat masyarakat menunda pembelian besar dan lebih banyak memanfaatkan periode diskon besar seperti Black Friday dan Cyber Monday. Namun, laporan juga menunjukkan peningkatan minat pada produk-produk yang dinilai memiliki “nilai jangka panjang,” seperti perangkat rumah tangga hemat energi dan gadget multifungsi. - AI dan Personalisasi Dorong Lonjakan Penjualan
Salah satu temuan menarik dalam laporan Adobe adalah peran besar kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan penjualan online. Platform e-commerce kini memanfaatkan algoritma personalisasi untuk merekomendasikan produk yang relevan dengan preferensi individu. Menurut data, pengguna yang berinteraksi dengan rekomendasi berbasis AI berbelanja hingga 35% lebih banyak dibanding konsumen yang tidak mendapat saran personal. AI juga digunakan untuk mengoptimalkan harga dan mempercepat layanan pelanggan melalui chatbot cerdas. - Tren Liburan Digital: Pengalaman Lebih dari Sekadar Belanja
Selain pembelian barang, tren baru yang muncul adalah peningkatan belanja untuk pengalaman digital, seperti langganan platform hiburan, tiket konser virtual, dan produk in-game. Generasi muda, terutama Gen Z dan milenial, lebih memilih menghadiahkan “pengalaman” dibanding barang fisik. Adobe memperkirakan pengeluaran untuk layanan hiburan digital akan meningkat 25% dibanding tahun lalu, menandai pergeseran nilai dari kepemilikan ke pengalaman. - Biaya Pengiriman dan Pengembalian Barang Jadi Sorotan
Meski belanja online semakin mudah, konsumen kini lebih kritis terhadap biaya pengiriman dan kebijakan pengembalian barang. Adobe mencatat, 40% pembeli global memilih tidak melanjutkan transaksi jika ongkos kirim dinilai terlalu mahal atau proses retur terlalu rumit. Hal ini mendorong banyak platform untuk menawarkan program free return dan layanan pengiriman ramah lingkungan. Dalam jangka panjang, efisiensi logistik menjadi faktor penting yang menentukan loyalitas konsumen di era pasca-pandemi. - Prediksi Belanja Akhir Tahun dan Implikasi Ekonomi
Adobe memproyeksikan total belanja online global selama periode liburan akhir tahun 2025 akan mencapai USD 1,2 triliun, naik sekitar 7% dibanding tahun sebelumnya. Kategori yang diperkirakan paling mendominasi adalah elektronik, fesyen, dan produk kecantikan. Meski demikian, laporan menegaskan bahwa pertumbuhan tersebut akan disertai tantangan, seperti peningkatan biaya produksi dan kebutuhan akan sistem keamanan siber yang lebih kuat. Pemerintah di beberapa negara bahkan mulai menyiapkan kebijakan pajak digital baru untuk mengatur arus transaksi lintas negara.
Laporan Adobe ini memberikan gambaran bahwa lanskap belanja online semakin kompleks dan dinamis. Teknologi AI dan personalisasi telah mengubah cara konsumen mencari, memilih, dan membeli produk, sementara tekanan ekonomi global membuat masyarakat lebih bijak dalam mengatur pengeluaran. Dengan liburan yang semakin dekat, para pelaku bisnis e-commerce dituntut untuk beradaptasi cepat, menciptakan pengalaman berbelanja yang efisien, aman, dan menyenangkan di tengah perubahan perilaku konsumen global.
