liburanyuk – Asia sedang mengalami kebangkitan besar dalam sektor pariwisata pasca pandemi. Tiga negara—Jepang, Thailand, dan Indonesia—menjadi pemain utama dalam kebangkitan ini, memimpin lonjakan kunjungan wisatawan internasional sepanjang 2024 hingga pertengahan 2025. Kombinasi promosi agresif, infrastruktur yang membaik, dan kekayaan budaya menjadi daya tarik utama ketiga negara tersebut di mata pelancong global.
Laporan terbaru dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) menyebutkan bahwa Asia Tenggara dan Asia Timur mencatat pertumbuhan wisatawan internasional tertinggi dibanding kawasan lain. Jepang, Thailand, dan Indonesia masing-masing mencatatkan kenaikan kunjungan yang melampaui proyeksi.
Jepang: Efisiensi, Teknologi, dan Musim Wisata
Jepang menjadi magnet utama wisatawan di Asia Timur, terutama berkat efisiensi sistem transportasi, keamanan tinggi, dan daya tarik budaya yang kuat. Musim sakura di musim semi dan dedaunan musim gugur menjadi momen puncak kedatangan wisatawan, disusul oleh ajang internasional seperti Tokyo Game Show dan konser musisi dunia.
Menurut Japan National Tourism Organization (JNTO), pada semester pertama 2025, Jepang menerima lebih dari 18 juta turis asing—angka yang hampir menyamai level pra-pandemi. Kebijakan bebas visa bagi negara tertentu, promosi wisata kuliner, serta pengalaman lokal seperti menginap di ryokan dan mengikuti upacara teh juga menambah daya tarik Jepang.
Thailand: Surga Tropis dengan Infrastruktur Siap Pakai
Thailand terus menjadi destinasi unggulan di Asia Tenggara, dengan reputasinya sebagai negara yang ramah turis dan menawarkan pengalaman tropis dengan harga yang kompetitif. Bangkok, Chiang Mai, dan Phuket menjadi kota-kota yang paling sering dikunjungi.
Thailand Authority of Tourism (TAT) melaporkan bahwa negara ini berhasil menarik lebih dari 20 juta wisatawan sepanjang 2024, dan angka itu terus tumbuh di tahun 2025. Investasi besar pada bandara, jaringan transportasi, serta kemudahan akses ke pulau-pulau wisata seperti Phi Phi dan Koh Samui menjadi faktor utama pertumbuhan tersebut.
Thailand juga aktif menggencarkan promosi wisata medis, ekowisata, dan “long stay tourism” untuk lansia dari negara-negara barat dan Asia Timur.
Indonesia: Daya Tarik Alam dan Budaya yang Terus Mendunia
Indonesia mencatat kemajuan signifikan dalam industri pariwisata, dengan Bali tetap menjadi primadona, namun daerah-daerah lain seperti Labuan Bajo, Mandalika, Raja Ampat, dan Yogyakarta mulai menggaet perhatian dunia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat lebih dari 13 juta kunjungan wisatawan asing pada 2024, dan target 2025 dinaikkan menjadi 15 juta.
Selain keindahan alam, Indonesia memanfaatkan potensi budaya, kuliner, dan keunikan lokal untuk menciptakan diferensiasi. Festival budaya, sport tourism seperti MotoGP Mandalika, serta program “Work from Bali” turut menarik wisatawan digital nomad dan pekerja jarak jauh dari berbagai negara.
Peningkatan infrastruktur seperti pembangunan bandara di daerah wisata baru dan digitalisasi sektor pariwisata menjadi langkah nyata dalam mendukung pertumbuhan ini.
Faktor-Faktor Pendorong Pertumbuhan Wisata Asia
Lonjakan wisata di Asia tidak terjadi secara kebetulan. Beberapa faktor utama turut berperan besar:
- Pemulihan pasca pandemi: Banyak wisatawan yang menunda perjalanan selama pandemi kini memutuskan untuk “balas dendam” dengan melakukan perjalanan internasional.
- Peningkatan konektivitas penerbangan: Maskapai di Asia kembali membuka rute-rute internasional, bahkan menambah penerbangan langsung ke destinasi sekunder.
- Promosi digital yang agresif: Pemerintah dan pelaku industri gencar memanfaatkan media sosial, influencer, dan kampanye digital untuk menarik perhatian generasi muda.
- Diversifikasi destinasi: Wisata tidak lagi hanya terpusat di kota-kota besar. Desa wisata, ekowisata, dan pengalaman lokal semakin diminati.
- Kemudahan akses: Relaksasi visa, layanan digital untuk perjalanan, dan kebijakan bebas karantina membuat wisatawan merasa lebih nyaman datang ke Asia.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meskipun pertumbuhan terlihat positif, masih ada tantangan yang harus dihadapi ketiga negara ini. Masalah overtourism di destinasi populer seperti Kyoto, Bali, dan Phuket mulai mengkhawatirkan. Kenaikan harga, kekurangan tenaga kerja di sektor pariwisata, serta dampak lingkungan dari peningkatan jumlah wisatawan juga menjadi perhatian.
Selain itu, ketergantungan terhadap turis dari negara tertentu seperti Tiongkok atau Korea Selatan bisa menjadi risiko jika terjadi perubahan kebijakan luar negeri atau gejolak ekonomi.
Penutup: Asia Kembali Menjadi Pusat Wisata Dunia
Kebangkitan sektor pariwisata di Asia, yang dipimpin oleh Jepang, Thailand, dan Indonesia, menjadi sinyal positif bagi ekonomi regional. Ketiga negara ini berhasil memanfaatkan momentum pasca pandemi untuk memperkuat posisi mereka di peta pariwisata dunia. Jika tantangan yang ada dapat dikelola dengan bijak, Asia bukan hanya akan pulih, tetapi akan memimpin gelombang baru industri pariwisata global yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan inovatif.
